APENSO INDONESIA

header ads

MENGENANG IBRAHIM

MENGENANG IBRAHIM


Oleh : Daniel Mohammad Rosyid
Guru Besar ITS Surabaya



Hari ini kita mengenang Ibrahim. Raksasa spiritual sepanjang masa. Dialah kakek moyang Moses, Yesus dan Muhammad tiga serangkai pendiri agama langit Yahudi, Kristen dan Islam. Dialah yang dengan lantang mengatakan bahwa hanya Allah yang pantas dijadikan sesembahan manusia, bukan bintang, bulan, matahari atau bahkan manusia sendiri. Manusia senantiasa terombang ambing antara pemberhalaan pada dunia atau pada manusia lainnya. Ibrahim menegaskan bahwa keduanya bukan Tuhan yang layak dijadikan sesembahan. Keduanya mungkin layak dijadikan berhala, tapi bukan Tuhan. 

Keakuan Ismail penting bagi kapasitas bertanggungjawab yang melekat pada jiwa yang merdeka. Oleh Ibrahim keakuan Ismail ini perlu disembelih agar tidak tumbuh menjadi kecongkakan iblisy atau menjadi sukuisme sebagai perluasan akuisme. Adalah Islam yang menaklukkan sukuisme ini agar terkendali di bawah kemanusiaan universal yang adil dan beradab. Sukuisme primordial tidak juga boleh berkembang menjadi nasionalsime sempit semacam glorified tribalism. Hanya taqwa yang menentukan derajad manusia. Bukan warna kulitnya, bukan pula jabatan dan kelompok sosialnya. 

Jika akhir-akhir ini di Republik ini ada sekelompok orang yang merasa lebih hebat dari kelompok lain, apalagi menuduh kelompok lain ini sebagai anti-Pancasila, anti-NKRI yang boleh dikriminalisasi bahkan dibunuh dengan brutal, maka kita sebagai warga negara yang waras harus segera menyadari bahwa kebohongan itu ungkapan Iblis yang merasa lebih mulia daripada Adam. Di zaman medsos dan data mining ini, orang bisa dengan algoritma tertentu menyemburkan kebohongan secara sistemik, terstruktur dan masif sehingga kebohongan tampak sebagai kebenaran. Yang nyata dan maya dicampur aduk, yang benar dan dusta pun demikian, sehingga yang nyata dan benar terkubur dalam. 

Demikian itulah Namrud, Fir'aun, Pontius Pilatus mempertahankan kekuasaannya. Ketiganya juga menggunakan pendeta-pendeta palsu penjual agama untuk memberi fatwa yang menyesatkan massal manusia. Adalah Ibrahim, Musa dan Yesus yang menawarkan penyelamatan jiwa secara gratis, pro bono. Gegara ini ketiganya dituduh sebagai penista agama. Muhammad Rasulullah bernasib tidak berbeda. 

Kita mesti waspada pada saat banyak orang mengaku Kristen tapi menolak langkah Yesus, dan mengaku muslim tapi mengingkari jejak Muhammad, mengaku Pancasilais tapi terang-terangan memusuhi agama. Apalagi jika pengakuan palsu itu disemburkan setiap hari, berkali-kali. Kita mesti berani menyembelih kelompokisme ini bagi kebaikan tidak saja bagi Republik tapi juga bagi planet satu-satunya tempat manusia hidup sebagai sebuah organized species

Jatingaleh, 20/7/2021



Posting Komentar

0 Komentar