APENSO INDONESIA

header ads

SALING MENGENAL

SALING MENGENAL


Oleh : Gempur Santoso

(Dosen UMAHA juga Penasehat ICMI Muda Jawa Timur)



Globalisasi atau internasionalisasi. Itu ada. Itu tampak bisa terjadi pada zaman nabi Adam dan Siti Hawa saja. Manusia pertama. Oleh Tuhan diturunkan ke planet bumi.

Zaman itu hanya ada dua orang. Seluruh dunia secara global mereka berdua menguasai. Menjadi kalifah di atas bumi. 

Setelah zaman itu. Manusia makin banyak. Berpuluh-puluh, beribu-ribu, berjuta-juta. Munculah sebutan benua, sebutan negara, dan semacamnya. Masing-masing memiliki pemimpin. Presiden atau Perdana Menteri. Juga ada pemimpin kolektif kolegial.

Dalam firman "wahai manusia, telah diciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian, dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal......". Itu pertanda bahwa manusia semakin banyak. Tetapi tetap harus saling mengenal. 

Tentu yang sempat kita kenal/berteman saja. Keterbatasan. Sabab saking banyak manusia dan terus bertambah. Tetapi, tetaplah saling mengenal (tidak menutup diri/angkuh).

Juga, memiliki kewarganegaraan masing-masing. Memiliki konstitusi negara masing-masing. Hukum tata negara masing-masing. Tetapi jangan lupa untuk tidak tertutup, tetap sinergi "saling mengenal".

Kini, saat banyak manusia. Saat banyak negara. Bahkan, teritorial tidak besar pun ada yang menjadi negara. Ada yang ingin menjadi manusia global. Ingin menjadi manusia internasional. Tak tuntas juga.

Bahkan mengenal sebagian negara lain, juga sebagian dunia. Merasa sudah menjadi sebagai manusia global. Tapi ya tak apa, yang penting tatap puas dan terpuaskan. Tetap bahagia saja walau belum menyeluruh mengenal negara sedunia.

Dulu, pernah ada yang ber-ide. Punya kartu tanda penduduk (KTP) dunia. KTP global. Dual KTP. Kini kandas. Secara administratif bila terjadi, repot juga.

Ada juga negara yang ingin menguasai dunia. Atau ingin menguasai semua negara yang ada di dunia. Ada yang berkeinginan menjadi "polisi dunia". Tampak bersamaan itu terjadi pro dan kontra. 

Biasanya, kalau memaksakan kehendak  terjadilah "perang" antar kelompok negara. Antar kelompok paham. Antar kelompok manusia. Padahal itu hanya terprovokasi oleh suatu ikon/visi. Terprovokasi "alat" motivasi manusia. 

Sebaiknya kehendak mengikuti hukum alam saja.  Keadaan alam. Biar sesuai, alamiah. Tak menjadi korban mode "globalisasi".

Memang kalau urusan seseorang dengan Tuhannya adalah masing-masing. Seperti ibadah/shalat berjamaah. Pahala diberikan pada masing-masing. Tidak semua diberikan kepada sang imam untuk dibagi ke semua makmumnya. InsyaAllah begitu.

Namun, tetaplah "saling mengenal". Artinya melakukan gotong royong di dunia ini. Sesama, se-tetangga, serumah. Tetaplah gotong royong, damai dan sejahtera. Saling mengenal.

Berkehendak menjadi manusia atau negara  global di zaman sudah beratus ratus juta manusia ini. Tampaknya kehendak globalisasi/internasionalisasi menjadi pertentangan dengan hukum alam saat ini. Walau bumi secara global tetap ada.

Tetap damai pada "nasib satu kaum ditentukan oleh kaum itu sendiri".  Tetap saling mengenal. Semua...Allahualam.

Semoga kita tetap sehat....aamiin yra.

(GeSa)










Posting Komentar

0 Komentar