APENSO INDONESIA

header ads

Nilai-Nilai Spiritual Suku Bangsa Nusantara Adalah Energi Untuk Merengkuh Kejayaan Bangsa Indonesia

Nilai-Nilai Spiritual Suku Bangsa Nusantara Adalah Energi Untuk Merengkuh Kejayaan Bangsa Indonesia




SURABAYA, apensoindonesia.com - Kebesaran kita yang paling mulia adalah karena kemampuan dan kemauan serta kesempatan untuk memuliakan orang lain, bukan membesarkan diri sendiri. 

Sebab laku spiritual yang sejati itu dinikmati dengan rasa syukur, rendah hati, gemar menolong siapa saja tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lain. 

Ikhlas, menerima hal-hal yang diyakini adalah kehendak Yang Maha Agung, Esa, pengasih, penyayang, maha pemaaf.

Berdasarkan itu pula satu diantara Pemimpin Spiritual Indonesia yang berani tampil dan melangkah tegar pada sap terdepan bersama gerbong gerakan kebangkitan serta kesadaran spiritual.

LPB (Laskar Patriot Bangsa) adalah wadah yang untuk menghantar dan mengawal serta membimbing segenap warga bangsa Indonesia menggamit dan mengibarkan bendera kebangkitan spiritual bangsa Nusantara yang kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai pelopor dan pelaku dari kebangkitan dan kesadaran spiritual untuk bangsa di bumi dengan titik pusat di Indonesia.

Karena dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang mampu mempersatukan kerukunan agama Hindu dan agama Budha sebagai keyakinan bangsa Nusantara terus berlanjut dengan Sunan Ampel yang mendapat "Pelenggahan Agung" seperti tanah perdikan yang kemudian digunakan untuk pusat kegiatan pesantren. 

Falsafah budaya adat Suku Bangsa Minangkabau adalah Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah sebagai pegangan hidup bermasyarakat Suku Bangsa Minangkabau. Islam menjadi landasan dalam adat istiadat sebagai filosogi hidup dan kehidupan dengan nilai-nilai yang luhur. 

Jadi kerangka kehidupan sosial, politik dan ekonomi secara vertikal dan horizontal berpijak pada adat istiadat yang terpelihara secara turun temurun sampai sekarang.

Demikian juga "Sureq Ila Galigo, efik tentang penciptaan dalam budaya Suku Bangsa Bugis di Sulawesi Selatan yang sudah ada pada abad ke-13 hingga menandai pula kebangkitan bangsa-bangsa Nusantara yang sudah memiliki aksara dan bahasa Bugis Kuno di atas lontar.

Ila Galiho juga disebut Kitab Suci Suku Bangsa Bugis yang terbilang sebagai peradaban tua di Nusantara. Bahkan dalam kajian sastra terbilang paling tebal dibanding efik dari India. Mahabarata, Ramayana. Apalagi dibanding efik bangsa Yunani. Seperti Homerus misalnya.

Jika saja Ila Galigo terkesan kurang populer, itu sesungguhnya bisa dipahami sebagai bagian dari nilai ugahari dari Bangsa Bugis itu sendiri yang tak suka pamer, namun tekun melakoninya saja dengan sikapnya yang bersahaja.

Demikian juga kelebihan Prabu Brawijaya yang memegang Kunci Keagungan Jagat. Seperti Gus Dur sebagai penerus cita-cita dan gagasan Sunan Kalijaga berikut paham konsep Sabdo Palon Noyo Genggong.

Kebangkitan spiritual dan cahaya spiritual bangsa Nusantara dapat ditelisik pada kisaran abad ke tujuh hingga abad ke 14 yang berpuncak pada masa jayanya Kerajaan Majapahit saat Maha Patih Gajah Mada mengatakan Sumpah Palapa yang mampu mempersatukan bangsa-bangsa Nusantara.

Pada kurun masa inilah saat menjelang dan sesudahnya bangsa-bangsa dari negeri lain terus berdatangan ke Nusantara yang kemudian bersatu hingga terbentuknya NKRI. 

Bangsa China, Arab bahkan bangsa-bangsa Eropa dan lain yang datang ke Nusantara, pada saat bertepatan cahaya bangsa Nusantara sedang cemerlang hingga kemilau seperti ditandai oleh kejayaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, Kerajaan Aceh, Melayu Deli dan Kerajaan Mulawarman di Kalimantan. 

Lalu mengapa potensi besar suku bangsa Nusantara yang telah bersatu menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa menjadi bangsa yang besar ?.


Penulis : Imam Mu'iz
Editor : Diyah


Posting Komentar

0 Komentar