APENSO INDONESIA

header ads

KAMPUS BERUBAH PENDIDIKAN TETAP

KAMPUS BERUBAH PENDIDIKAN TETAP


Oleh: Genpur Santoso

(Gubes Universitas Maarif Hasyim Latif/Umaha Sidoarjo)


Perubahan jaman ini terus mengalami penyesuaian. Jaman sebelumnya ke jaman digitalisasi. Kaum milinial lebih menguasai digitalisasi.

Kaum milinial adalah kaum muda. Saat kuliah pun lebih banyak pakai daring (dalam jejaring). 

Bahkan saya nemui seorang kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN). Dia belum pernah ke kampus. Cukup daring. Segala urusan kampus menggunakan digitalisasi online.

Teman saya namanya Prof. Suyitno, sudah sepuh, dari PTN di Jakarta. Memaklumi jika mahasiswa harus daring. 

Namun murid setingkat sekolah menengah ke bawah sampai sekolah PAUD (pendidikan anak sekolah dini) sebaiknya offline alias tatap muka ketemu guru.

Mengapa begitu? Karena mahasiswa telah dianggap dewasa. Tidak emosional. Bisa memilih dan memilah apa yang dicari dalam digital online. Googling. Mengerjakan tugas, dan segalanya bisa mengguakan wab internet.

Kampus menjadi "kosong" dari mahasiswa kuliah. Kecuali yang ada praktek.

Bahkan ada kebijakan bahwa mahasiswa boleh kuliah apa saja di luar kampus sebesar 20 sks. 

Kuliah di luar kampus, di luar program studinya. Dengan tujuan menambah ilmu pengetahuannya. Praktisi. Itu biasa disebut merdeka belajar kampus merdeka.

Namun, bagi anak-anak sekolah. Sekolah lanjutan atas ke bawah. Harus tatap muka dengan guru. Sebab banyak ilmu pengetahuan guru yang harus leluasa disammpaikan kepada murid. Tidak bisa melalui daring, terbatas.

Pengalaman guru. Pututur guru. Pengalaman kehidupan. Bersosial. Terbentuknya jati diri. Belajar hidup bersama. Dan lain lain. Tidak bisa diajarkan melalui daring.

Daring terbatas waktu, tidak bisa praktek. Daring melulu isi mata kuliah yg diajarkan.

Ada pepatah "putihe beras amargo bergesekan karo beras" (putihnya beras karena bergesekan sesama beras). Artinya, manusia bisa pandai karena saling diskusi sesama manusia. Bisa ngobrol dan bermain dengan teman sebaya dan guru.

Itulah, diantaranya ada perubahan saat ini. Pada dasarnya tetap bahwa pendidikan adalah "membentuk manusia secara lahir dan batin". 

Membentuk manusia itu, metode yg digunakan tetap pakai teori Bloom yakni afektif, kognetif, dan psikometirik. Atau menggunakan fasafah Jawa: cipto, roso, karso. Atau, membetuk/meyempurnakan: daya hidup, daya qolbu, dan daya pikir.

Semoga kita semua sehat selalu.

(GeSa)






Posting Komentar

0 Komentar