APENSO INDONESIA

header ads

NGOBROL BERSAMA KETUA PGRI KOTA SURABAYA DI GEDUNG PGRI UNTUK JADIKAN GURU BERMARTABAT DAN BERKARYA

“NGOBROL BERSAMA KETUA PGRI KOTA SURABAYA DI GEDUNG PGRI UNTUK JADIKAN GURU BERMARTABAT DAN BERKARYA“



Oleh : Banu Atmoko
apensoindonesia.com


Guru yang sopan membuat orang segan. Guru yang santun dapat menjadi teladan di semua lingkungan sekolah dan sebaliknya guru yang bermental preman hanya menghasilkan siswa yang suka tawuran. 

Guru yang kerjanya cuma mengomeli kesalahan anak didiknya sama saja seperti pedagang k-5 yang marah pada pelanggan hanya karena menawar harga. Guru model seperti ini mestinya berubah kalau tidak mau “dimusiumkan.” 

Guru adalah manusia yang merdeka. Bila si guru masih tunduk pada aturan-aturan yang korup atau sudah tergadai dengan gelimangan rupiah, maka sejatinya guru itu sudah terjajah harga dirinya. Dia menjadi pendidik yang tidak bersahaja. Tingkah lakunya seperti gincu, semakin dipoles semakin hilang kesan naturalnya. 

Guru yang kreatif akan membangkitkan martabatnya di mata orang banyak. Ia akan menjadi contoh produk yang bisa ditiru. Namanya akan disebut-sebut dalam forum pendidikan dan pertemuan resmi. 

Sementara, guru yang pasif akan diperbincangkan oleh bisik-bisik tetangga. Nah, guru yang kurang kreatif seperti ini banyak tersebar dan merata di semua daerah. Cuma kreatifnya salah tempat, sehingga sedikit demi sedikit mulai kehilangan martabat.

Selain didukung juga oleh pribadinya yang jujur, bertanggungjawab, berjiwa sosial tinggi; guru yang bermartabat senantiasa menjalankan pengabdiannya tanpa pernah memikirkan kapan naik pangkat atau jabatan. 

Dia tidak sibuk mengumpulkan berkas forto polio dan bangga dengan tumpukan sertifikat, tanda penghargaan atau bangga dengan karya yang dihasilkan. Dia tidak akan pernah memamerkan diri dan selalu rendah dalam menerima pujian. 

Semua itu hanya menjadi penghargaan semu baginya. Penghargaan tertinggi justru didapat dari anak didiknya yang sukses menjadi seseorang berdasarkan keinginannya saat bersekolah. 

Sementara si guru tadi pola hidup dan pikirnya tetap seperti biasa-biasa saja seperti semula. Hidupnya hanya dilimpahi ilmu bukan harta benda, sehingga anak didik tak luap menyelipkan sebaris doa dalam ibadah mereka.

“Ya Allah, perbanyaklah guru seperti ini. Tetapkan ia berada di jalan yang lurus dalam pengabdiannya.”

Pada hari Kamis, 20/1/2022 penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya yang merupakan Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir mendatangi Kantor PGRI Kota Surabaya Jl. Musi No 16 A Surabaya.

Kedatangan penulis ke Gedung PGRI kota Surabaya adalah silaturahmi dan mengobrol banyak dengan Ketua PGRI kota Surabaya dan Pengurus PGRI kota Surabaya.

Dalam kesempatan itu, ibu Ketua PGRI kota Surabaya berbincang – bincang dengan penulis didampingi bapak Ainul Yaqin, S.Si selaku Kepala SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya. Dimana ibu Agnes menyampaikan hal – hal berikut :
1. PGRI Dinas Pendidikan dan MKKS berjuang bersama, serta sharing bersama masalah Pendidikan seperti yang lagi hangat yaitu PPPK.

2. Guru untuk bisa masuk anggota PGRI.

3. Bersama - sama membangun Pendidikan di kota Surabaya tanpa ada Guru Negeri atau Guru Swasta.

4. Gedung PGRI dijadikan tempat untuk diskusi mengenai masalah Pendidikan (Guru).

Penulis yang juga Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara berharap agar Gedung PGRI kota Surabaya yang baru ini bisa menjadi tempat jujukan bagi para Guru di Surabaya untuk tukar informasi dalam mencerdaskan Generasi Emas Unggul dan Berkarakter. 
#TantanganGuruSiana
#Guruhebat
#Dinaspendidikan







Posting Komentar

0 Komentar