APENSO INDONESIA

header ads

TRI SAKTI BANGSA NASIONALIS RELEGIUS TANPA BUDAYA NAIK HARGA

TRI SAKTI BANGSA NASIONALIS RELEGIUS TANPA BUDAYA NAIK HARGA 


Oleh: Gempur Santoso


Cemerlang pikiran Bung Karno (Ir. Soekarno) Presiden pertama Republik Indonesia (RI). Dia proklamator kemerdekaan RI.

Saat itu bukan saat ini. Beda dengan saat ini. Beda kebatinan. Beda situasi dan kondisi. Baru merdeka. Bung Karno sudah punya ide "tri sakti" yakni: berdaulat dalam politik, bermartabat dalam kebudayaan, dan berdikari dalam ekonomi.

Ide tri sakti. Luar bisa. Betul - betul negara ini tanpa tergantung dari imperialisme-kapitalisme. Bung Karno menentang adanya nekolim (Neo kolonialisme dan imperialisme).

Dasar negara RI adalah Pancasila, 1 Juni 1945 tercetus dari Bung Karno. Sehingga hari lahir Pancasila setiap 1 Juni diperingati. Memang ada penyempurnaan kata dan susunan sila. Tapi secara substansi tetap sama dengan ide Bung Karno.

Andai. Dugaan. Para nekolim diam. Tak berbuat dengan taktik dan strateginya. Saya yakin Trisakti akan terwujud.

Jelas para kelompok nekolim tidak diam. Itu yang menjadi hambatan. Siapapun menjadi pemimpin negeri ini, mengalami hambatan itu.

Bahkan diduga. Apabila tidak ada nekolim, maka tidak ada antrian minyak goreng. Sebab berdikari dalam ekonomi. Ekonomi keluarga maupun ekonomi negara.

Antrian minyak goreng. Sebagai gejala (symtom) bahwa menjadi ketergantungan pada minyak goreng. Andaikan rakyat mampu dan bisa membuat minyak goreng sendri hilanglah ketergantungan itu.

Bisa juga ketergantungan akan tak terjadi. Bila memasak tidak mesti pakai minyak goreng. Bisa direbus, dibakar, dipanggang, ditunu, dan sebagainya.

Hidup akan mudah jika terlepas dari ketergantungan apapun. Hidup sebaiknya tergantung pada Allah SWT saja.

Konsep terlepas ketergantungan kecuali pada Allah SWT. Bisa dibilang konsep mandiri.

Itu juga otonom berdaulat. Tidak sampai diombang-ambingkan harga oleh pemrakarsa pabrik produksi produk tertentu. Perlu pemerintah kuat dan pro-rakyat (bangsa) Indonesia.

Langkanya minyak goreng. Sangat diduga akan menaikkan harga. Dan diduga, pasar murah hanyalah strategi kapitalis agar masyarakat teredam gejolak dari kenaikan harga.

Lihat saja nanti. Setelah adanya pasar murah, apa harga akan tetap murah. Atau malah harga akan naik permanen setelah tak ada gejolak masyarakat.

Semoga pula kalimat pro-rakyat tidak sekedar slogan. Tidak sekadar kata-kata indah tetapi "pembiaran". 

Tidak "nulung menthong" (Jawa). Artinya seolah-olah menolong, tapi malah menthong (memukul). Harga menjadi naik, itu pukulan bagi rakyat kecil. 

Pembangunan, dari segi harga. Sejak dulu harga selalu naik. Terus naik. 

Budaya naik harga sebaiknya tak tejadi lagi. Syukur harga bisa turun. Budaya turun harga. Perbesar eksport saja. Membuat nilai rupiah bisa stabil bahkan naik. Nilai rupiah bisa naik di dunia. Itu terkait martabat bangsa Indonesia bisa menjadi harum.

Seingat saya. Harga naik haji pernah turun, saat presiden RI adalah Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid). Dari harga duapuluh jutaan. Turun menjadi belasan juta. 

Kini (2022) biaya naik haji pun malah melejit naik. Menjadi di atas empat puluh jutaan lebih. Dengan memakai perhitungan apapun, untuk merasionalitas.

Nampak, tri sakti sangat diperlukan, agar rakyat tidak terperas. 

Kita sebagai bangsa nasionalis relegius. Cinta tanah air, bermartabat, berdaulat, ekonomi negara dan rakyat kuat.

Memiliki dasar negara Pancasila yang silanya juga berKetuhanan Yang Maha Esa. Itu sebagai bukti bahwa bangsa kita adalah nasionalis relegius. Bangsa Indonesia harus berTuhan dan saling menerima perbedaan. Semoga adil dan makmur. 

Hilangkan budaya perilaku rakus. Sederhana saja. Setiap orang otonom berdaulat selain menjadi makhluk sosial juga menjadi dari sendiri. Memiliki martabat dalam berbudaya dan beragama. Serta, harus mandiri dalam memenuhi kebutuhannya. Tri sakti.

Dan, semoga kita sehat selalu....aamiin yra.

(GeSa)








Posting Komentar

0 Komentar