APENSO INDONESIA

header ads

IDUL FITRI INDAH ADAT BUDAYANYA

IDUL FITRI INDAH ADAT BUDAYANYA


Oleh: Gempur Santoso 

(Dosen Umaha Sidoarjo)


Adat budaya ini masih terjaga sampai saat ini.  Di pedesaan di wilayah Kediri Jawa Timur. Mungkin di daerah Anda juga demikian.

Adat budaya itu, yakni "maleman" (malaman). Adat budaya ini ater-ater (memberi/saling memberi) pada tetangga dan sanak famili, saat malam ganjil.

Artinya malam ganjil adalah di atas tanggal 20 bulan Ramadhan. Misal: malam 21, malam 23, malam 25, malam 27, dan malam 29.  Malam tanggal genap disebut towong (kosong - tidak ater-ater).

Ater-ater (saling memberi). Biasanya yang diberikan adalah songgongan atau rantangan atau eroh (nasi beserta lauk pauk lengkap). Saat ini ada yang saling memberi kue atau makanan lainnya. Misal: roti kaleng, sirup satu botol, dan lain-lain.

Mengapa demikian, kok ada maleman. Awalnya telah menyakini bahwa "lailatul qadar" terjadi pada malam ganjil di atas tanggal 20 di bulan ramadhan. Perlu sedekah. Efek lainnya menjadi saling akrab.

Setelah itu, ada adat budaya "megengan". Ini budaya mendoakan para leluhur. Ke makam. Biasanya sambil membawa bunga berbau harum di taruh di atas makam leluhur. Agar sekitar lingkungan makam semerbak harum.

Adat budaya megengan ini ada. Dilakukan ditengah-tengah antara setelah malam 29 dan sebelum hari raya Idul Fitri.

Bunga yang dibawa ke makam adalah asli bunga berbau harum. Bukan bunga kertas atau bukan pula rangkaian bunga ucapan. 

Mungkin dulu ada pasar kembang. Pasar itu hanya penjual yang jualan kembang (bunga). Dan, pembelinya adalah penziarah yang akan ke makan, mendoakan leluhurnya.

Setelah megengan. Esok paginya sudah melaksanakan shalat Idul Fitri. Berjamaah di Masjid, di halaman masjid, di tanah lapang. Dan sejenisnya.

Setelah shalat Idul Fitri. Melakukan slametan (selamatan). Pada selamatan itu. Banyak makanan.  Didongani (diberi doa), terus makan bersama. Makanan yang tak habis dimakan dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Di rumah. Salaman dan minta maaf ke yang lebih tua. Misal kakek/nenek. Atau orang tua. Atau lainnya yang lebih tua dulu. Saling maaf-maafan. Saling minta dan memberi maaf.

Terus sejarah atau unjung-unjung ke tetangga. Diteruskan ke sanak famili yang jauh. 

Setiap rumah ada ruang tamu. Di meja ruang tamu penuh dengan kue dan minuman pelepas dahaga. Sepuasnya. Bahkan ada yang menyediakan makan besar. Siapa saja tamu yang hadir dipersilakan makan. Sekenyangnya.

Semarak. Indahnya merayakan hari raya Idul Fitri.

Mohon maaf lahir dan batin.

(GeSa)










Posting Komentar

0 Komentar