APENSO INDONESIA

header ads

MENYENANGKAN

MENYENANGKAN  


Oleh: Gempur Santoso 

(Dosen Umaha Sidoarjo)


Memang relatif. Tetapi ini "ada" karena dibandingkan. 

Ada yang merasa "jelek" karena membandingkan dengan yang "baik". Ada yang menyebut "pendek" karena membandingkan dengan yang "tinggi". Ada yang merasa hidup "susah" karena membandingkan dengan hidup "senang". Dan lain - lain.

Semua relatif. Mungkin saat ini sudah bekerja, punya penghasilan merasa hidup "senang". Itu dikatakan "senang" bisa jadi karena dibandingkan dengan hidupnya dulu yang serba kekurangan dianggap "susah". Apa yang terjadi bila tidak dibandingkan? Tentu tak ada apa-apa. Biasa saja.

Padahal itu relatif. Tidak juga susah zaman dahulu. Tidak juga senang zaman sekarang  Hidup dilalui saja. 

Susah juga tidak. Senang juga tidak. Biasa saja. Diterima adanya pada saat kapan saja. Yang penting tetap bahagia (menyukuri) nikmat yang ada.

Taraf hidup bisa meningkat. Bila ada. Tetapi pola hidup lebih baik tetap. Sederhana. Tetap mengabdi pada Yang Maha Membuat Hidup.

Memburu "senang" tak akan ketemu. Memburu "susah" buat apa. Memburu "bahagia" dengan cara menumpuk harta. Tak ketemu juga. Toh ada, banyak, yang melimpah harta kok malah susah, tidak bahagia. Kadang malah menjadi "medit" (tidak luman).

Biarlah hidup mengalir adanya. Mau karunia kaya raya. Mau kaya. Mau karunia pas-pasan. Yang penting cukup sesuai kebutuhan saja. Atas ridhlo Illahi.

Tak perlu takut hidup. Sebagaimana firman: "Allah SWT menciptakan manusia dengan segala kebutuhannya". 

Tentu diri kita ciptakan kebutuhan untuk berbuat baik. Agar barokah dan meningkat kesejahteraan.

Bukan diri kita menciptakan kebutuhan untuk "menjahati atau menekan" orang lain. Negatif. Membuat orang lain merasa takut. Itu malah dijauhi orang. Orang lain malah menjadi terpaksa karenanya. 

Menjahati dan menekan orang lain penuh ancaman. Itu konsep imperialisme. Sebagaimana bangsa kita beratus-ratus tahun (sekitar 350 tahun) berpengalaman dijajah bangsa Belanda. Dan, beberapa tahun (sekitar 3,5 tahun) dijajah bangsa Jepang. Baca sejarah Indonesia.

Bangsa Indonesia tidak menerima konsep imperialisme (penjajahan). Itu tidak menyenangkan. Sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945 "bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".

Sebaiknya tetap sederhana saja. Menyukuri nikmat yang diberi Allah SWT adalah konsep hidup. "Syukurilah nikmat yang diberi Allah SWT, dan bila mau menyukuri akan ditambah kenikmatannya".

Coba rasakan. Misal: telah dikaruniai rambut bewarna hitam. Tidak terima, tidak dinikmati, rambutnya disemir merah. Atau warna lainnya. Tentu malah menjadi repot: harus membeli semir rambut, ke salon, biaya, dan lain - lain. Menjadi repot.

Tidak akan repot, sederhana dan tetap bahagia kalau menerima (menyukuri) yang ada. Atas pemberian Yang Maha Kuasa. 

Jadi, bisa dikatakan bahagia kalau kita menyukuri apa adanya atas pemberian Allah SWT. Kita lakukan tugas dan tujuan hidup ini saja. Tidak diam.

Saya ingat pendidikan. Khususnya pendidikan kepramukaan. Konsep yang dipakai belajar utamanya harus menyenangkan. 

Boden Powel sebagai bapak Pramuka. Tidak menekan peserta didik, membuat peserta pramuka merasa senang dan mau belajar hidup dan kehidupan. Bahkan ikon lagunya: di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang...sayang.

Semoga semua sehat... aamiin yra..

Selamat hari raya idul Fitri 1143 H, mohon maaf lahir batin.

(GeSa)







Posting Komentar

0 Komentar