APENSO INDONESIA

header ads

SEMARAK MAKAN KETUPAT DAN AYAM ADUN DI KEDIAMAN OM OEMAR

“SEMARAK MAKAN KETUPAT DAN AYAM ADUN DI KEDIAMAN OM OEMAR“

(Gambar Ilustrasi)

Oleh : Banu Atmoko
apensoindonesia.com



Semarak Lebaran bagi umat Muslim di Indonesia khususnya suku Jawa tak hanya sebatas merayakan Hari Raya Idulfitri saja. Sepekan setelah Hari Raya Idulfitri, sebagian besar Muslim di Pulau Jawa biasanya menggelar perayaan lagi yang dinamakan Lebaran Ketupat. 

Tradisi ini memang tidak tercantum dalam Al Quran, pun begitu tidak dirayakan oleh Nabi besar Muhammad SAW. Walau demikian, Lebaran Ketupat ini tetap digelar oleh sebagian besar umat Muslim di Pulau Jawa. 

Di sisi lain, secara filosofis Lebaran Ketupat dimaknai sebagai penebusan dosa. Hal ini tercermin dari bentuk anyaman ketupat yang polanya cukup rumit dan digambarkan sebagai dosa dan kesalahan manusia yang harus ditebus. Penebusan dosa ini dilakukan melalui silaturahmi dan saling memaafkan antar manusia. 

Sebagai makanan, ketupat bukan hal yang baru. Menurut Hikayat Indraputra ketupat telah dikenal sebagai penganan rakyat sejak 1700 Masehi. Tradisi Lebaran Ketupat sendiri diperkirakan sudah ada sejak lama, bertepatan dengan proses masuknya agama Islam di tanah Jawa. 

Dalam beberapa catatan sejarah, Sunan Kalijaga disebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan tradisi Lebaran Ketupat. Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yakni bakda lebaran (Idulfitri) dan bakda kupat (Lebaran Ketupat). 

Lebaran ketupat juga dikenal sebagai kegiatan Syawalan tradisi lebaran yang digambarkan sebagai simbol kebersamaan. Di Klaten, Jawa Tengah misalnya, lebaran ketupat dikenal dengan sebutan "Kenduri Ketupat".

Di era Wali Songo, Lebaran Ketupat ini biasanya dirayakan dengan memanfaatkan tradisi slametan yang sudah berkembang di kalangan masyarakat. Pada masa itu, tradisi ini juga menjadi sarana untuk mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Tuhan, bersedekah, dan bersilaturahmi di hari Lebaran. 

Tradisi Lebaran Ketupat tentu bukan hanya sekadar makan ketupat satu pekan setelah hari raya Idulfitri. Ada makna spesial yang terkandung di dalamnya. Kata ketupat atau kupat berasal dari bahasa Jawa yakni ngaku lepat atau mengakui kesalahan, sehingga dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara menikmati hidangan ketupat tersebut bersama-sama.

Bukan cuma itu, ketupat juga dianggap mengandung makna filosofis lain. Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip "kiblat papat lima pancer," yang bermakna ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.

Tidak hanya ketupatnya, makanan pendampingnya pun yakni opor memiliki makna khusus. Santan yang menjadi salah satu komposisi dalam opor dianggap memiliki arti khusus di lebaran ketupat ini. Santan dalam bahasa Jawa disebut pangapunten alias memohon maaf.

Dalam rangka mengawali kegiatan awal masuk setelah libur Hari Raya Idul Fitri 1443 H/ 2022 M, penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya yang merupakan Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir pada hari Senin, 9/5/2022 pukul 08.30 mendapatkan telpon dari bapak H. Oemar, S.Ag selaku Kepala SMP Kemala Bhayangkari 8 Surabaya untuk menghadiri acara tasyakuran di kediaman beliau.

Pada pukul 12.30 penulis berangkat bersama om Ainul Yaqin, S.Si selaku Kepala SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya dan om Syahrul, S.Pd selaku Kepala SMP Kemala Bhayangkari 6 Surabaya.



Tepat pukul 14.30 penulis sampai di kediaman om Oemar Di Jl Manukan Lor II Raya No 52 Surabaya. Alhamdulilah om Oemar menyediakan makanan yaitu kupat.



Dalam kesempatan tersebut, penulis mengambil nasi dan ayam adun serta krupuk. Dimana ayam adun tersebut adalah favorit dari orang Madura, sedangkan om Ainul dan om Syahrul menikmati ketupat dan ayam adun. 

Sambil makan kita banyak mengobrol di kediaman om Oemar, karena keasyikan menikmati enaknya masakan dari om Oemar tersebut. Akhirnya om Ainul nambah mencicipi botokan yang sudah disajikan oleh om Oemar tersebut.

Tidak terasa sudah pukul 16.00 akhirnya penulis bersama om Ainul dan om Syahrul pamit pulang dan semoga om Oemar sehat selalu rezekinya, lancar berkah dan barokah selamanya. Bagi penulis bisa anjangsana di rumah rekan rekan Kepala SMP Swasta Surabaya Utara sangat disyukuri.
#TantanganGuruSiana  
#dispendikSurabaya 
#Guruhebat







Posting Komentar

0 Komentar