APES SEBAGAI HIDAYAH
Tidak akan kemana-mana kalau memang sudah rejeki. Dicari kemana-mana pun tak akan ketemu kalau bukan rejekinya.
Sebagian driver online menyakini itu. Niat nyopir online mencari rezeki untuk nafkah keluarga. Penumpang pergi jauh, tarif besar, diambil. Penumpang pergi dekat, tarif sedikit pun diambil. Tidak pilih-pilih. Yang penting, sesuai niat, mendapatkan rezeki. Barokah.
Mereka yakin, bila pilih-pilih penumpang. Kawatir tidak akan mendapat barokah.
Segala niat baik, itu baik. Tetapi juga ada apes (sial). Setiap orang tidak ingin apes. Dirancang, berdo'a, dipersiapkan, preventive, agar tak apes. Tetapi apes memang tak bisa dihindari. Apes kejadian yang tak dikendaki.
Prediktif. Sangat mungkin mendapatkan apes adalah sebagai petunjuk (hidayah) dari Allah SWT.
Apes sebagai petunjuk apa? Yakni hidayah untuk mawas diri, agar hati-hati, agar mampu menyimpangi atas apes-nya itu.
Di dalam apes ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah. Ada pepatah "penyelesaian masalah ada di dalam masalah itu sendiri". Maka, harus dicari hikmah ke-apes-an itu, untuk menemukan jawaban/penyelesaian yang tepat.
Mendapatkan apes memang merugikan, tidak beruntung, kecelakaan tak disengaja. Selama itu sebagai hidayah dari Allah SWT, apa pun diterima saja, dicari hikmahnya. Sangat mungkin akan mendapatkan jalan lain, atas hidayah-Nya.
Kita saat apes sebaiknya yakin "astoqfirllohaladzim" (ampunilah kami ya Allah SWT). Itu pertanda kita harus merasa lemah, banyak salah, kemampuan terbatas, banyak kekurangan. Pasrah pada Tuhan saja.
Jangan marah saat mendapatkan apes. Banyak orang menyakini bahwa marah adalah sama dengan "kehilangan akal".
Jelas kehilangan akal itu tidak boleh, sebab ada firman artinya "yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lain adalah akalnya". Manusia terjaga tetap menjadi manusia.
Harapan, semoga beraktivitas selalu sesuai ridho Tuhan, tidak apes lagi. Andaikan apes pun atas ridho-Nya. Dan, semoga kita selalu sehat....aamiin yra.
(GeSa)
0 Komentar