KESELAMATAN DARI IKLIM
(Gubes Ergonomi K-3, Teknik Industri, FT, Umaha Sidoarjo)
Batuk-batuk dan tak berkeringat. Selalu terjadi. Itu diamati, lebih dari satu kali ke tanah suci (Makkah, Madinah). Saat menunaikan haji, dan beberapa kali umroh.
Selalu terjadi itu. Oleh-oleh pulang dari tanah suci (Arab Saudi) mengalami batuk-batuk. Batuk ringan ataupun berat. Juga, saat di sana tidak berkeringat, walau terpapar iklim pada suhu panas.
Mengapa begitu? Disebabkan apa? Penyebab secara persis belum tahu. Belum pernah juga membaca hasil penelitian. Bahkan mungkin juga belum pernah ada yang meneliti.
Secara kasat mata, malah orang setempat kok tak tampak kelihatan batuk-batuk (batuk jegil/kekel). Tetapi jemaah Indonesia banyak sekali mengalami batuk-batuk. Saat sholat berjamaah bagaikan lomba batuk.
Dugaan pertama.
Kejadian. Iklim dilihat dari handphone. Suhu Makkah/Madinah sekitar 43 derajat celsius dan Indonesia (Jakarta juga Surabaya) sekitar 33 derajat celsius.
Di tanah Saudi Arabia itu memang terasa panas, tapi kok tak berkeringat. Sementara kalau di Indonesia juga terasa panas tetapi kok berkeringat.
Nah...secara dugaan bahwa itu terkait iklim. Perlu diketahui bahwa iklim itu gabungan dari tiga keadaan: suhu, kecepatan angin/udara dan kelembaban udara (humadity).
Suhu itu panas satuannya Celcius, bisa fahrenhait, bisa reamur, dan bisa juga kelvin. Kita sering pakai satuan celsius.
Untuk kecepatan angin adalah gerakan angin satuannya km/jam. Dan, humadity adalah jumlah kandungan air dalam udara, satuan gram per meter kubik.
Bisa jadi suhu tinggi, humadity rendah, tetapi kecepatan angin lebih kencang membuat tidak berkeringat. Keringat langsung menguap.
Dugaan kedua.
Batuk-batuk. Di Arab Saudi, orang sana tak tampak batuk-batuk. Tetapi orang Indonesia yang baru di sana mengalami batuk-batuk. Mukimin (orang Indonesia sudah bertahun-tahun di Saudi Arabia) juga tak batuk-batuk.
Itu sangat mungkin karena belum adaptasi (penyesuaian). Setidaknya, belum jenuh dalam penyesuaian makanan.
Kadang makanan di Arab Saudi. Oleh jamaah Indonesia yang tak disuka tak dimakan atau dimakan sedikit. Makanan yang disukai saja yang banyak dimakan. Juga belum lama adaptasi terhadap iklim setempat.
Kita tahu, setiap negara punya budaya makanan. Sangat mungkin makanan pada daerah tertentu merupakan asupan tubuh sesuai iklim setempat, yang menjadikan imun tubuh menjadi kuat.
Oleh karenanya, ikuti budaya jenis makanan setempat agar cepat adaptasi. Agar imun tubuh menjadi sehat, kuat, dan berhasil dalam kehidupan.
Salam sehat dan sehat selalu untuk semua, semoga ...aamiin yra.
(GeSa)
0 Komentar