PERUBAHAN MARJINAL
Oleh: Gempur Santoso
Sekitar 30 tahun yang lalu. Semua yang lewat di jalan ini, kenal. Namanya siapa? rumahnya dimana?. Semua tahu. Bahkan satu desa semua kenal. Ini sebuah desa pinggiran (marginal).
Kini, di sini. Tetap sebagai desa marjinal. Pinggiran wilayah Sidoarjo. Juga sebelah Surabaya pinggir.
Tetapi, tidak semua kenal siapa yang lewat jalan ini. Semakin banyak manusia. Semakin banyak rumah. Semakin ada rumah petak (kos-kosan).
Tanah kosong (pomahan/kebun kosong) hampir tak ada lagi. Sistem sosial berkurang. Tak lagi kenal semua. Tak tuntas kenal.
Kini, tidak ada lagi kerja bakti, gugur gunung, dan sebagainya. Tidak ada lagi sumbangan (urunan) membangun desa. Malah yang ada membayar angkutan sampah rumah tangga.
Semua pembangunan ditanggung dana dari pemerintah daerah. Efek otonomi daerah. Diselesaikan oleh proyek. Pertanggungjawaban jelas. Yang sebelumnya pihak desa harus meyerahkan proposal pembangunan ke pemerintah daerah.
Walau hampir jarang bertemu berembuk bangun desa. Jarang ketemu tetangga. Kalau dulu, setiap malam ngobrol ketemu tetangga. Ngobrol dengan banyak orang. Kini, jarang lagi musyawarah bersama tetangga untuk membangun desa. Itu membuat renggangnya sistem sosial.
Setidaknya masih bersyukur, masih ada wahana berkumpul sesama tetangga secara sosial, yakni kelompok tahlilan. Setidaknya seminggu sekali. Kumpul juga setahun sekali saat Idul Qorban, membersihkan/ngecat tempat ibadah.
Selain itu, berkumpul juga setahun sekali. Bisa saling gotong royong. Saat agustusan. Memasang umbul-umbul membersihkan jalan menjelang memperingati ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Masyarakat sosial sangat berbeda dengan gerombolan banyak orang. Kalau masyarakat sosial, saling kenal, saling membantu, saling gotong royong.
Kalau gerombolan orang, kumpulan banyak orang belum tentu saling mengenal.
Masyarakat sosial itu. Saling mengenal. Saling memberi. Saling membantu. Tolong menolong. Gotong royong. Itu akan aman, membuat rasa aman bermukim. Indahnya.
Jaman telah berubah dan terus berubah. Dan, yang tak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri.
Semoga kita semua selalu sehat walafiat....aamiin yra.
(GeSa)
0 Komentar