KAJIAN SOSIOKULTURAL DAN EKONOMI DALAM MENYONGSONG PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN INDONESIA EMAS 2045 DI WILAYAH SENTRA WISATA KULINER KETINTANG KEC. GAYUNGAN KAB. SURABAYA
Annisa Eka Febriyanti dan Aisyah Fitri Rosliana
S1 Pendidikan IPS, Universitas Negeri Surabaya
Email: annisaeka.21012@mhs.unesa.ac.id , aisyahfitri.21025@mhs.unesa.ac.id
ABSTRAK
Keberadaan Sentra Wisata Kuliner saat ini memberikan banyak pengaruh bagi masyarakat, khususnya para Pedagang Kaki Lima (PKL). Masyarakat merasa nyaman saat berdagang karena tersedianya tempat yang layak dan nyaman. Keberadaan SWK ini berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Hal tersebut karena mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia. Artikel ini ditulis untuk mengetahui peranan Sentra Wisata Kuliner yang ada di Ketintang dalam menyongsong pembangunan keberlanjutan Indonesia emas 2045 khususnya di wilayah Ketintang, Surabaya. Metode dalam penelitian ini, adalah metode kualitatif. Metode kualitatif sendiri adalah sebuah proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena social dan masalah yang dialami manusia. Penelitian ini juga bersifat deskriptif, dengan tujuan agar memperoleh pengertian yang bersifat sistematis dari pemikiran yang sudah ditelaah dengan menggunakan metode kualitatif.
Abstract
The existence of Culinary Tourism Centers currently has a lot of influence on the community, especially the street vendors (PKL). People feel comfortable when transacting because of the availability of a decent and comfortable place. This SWK arrangement affects the economy in Indonesia. This is reduced because of the number of responses in Indonesia. This article was written to find out the role of Culinary Tourism Centers in Ketintang in welcoming the development of golden Indonesia 2045, especially in the Ketintang region, Surabaya. The method in this research is a qualitative method. The qualitative method itself is a process of research and understanding based on a methodology that covers a social phenomenon and problems experienced by humans. This research is also descriptive in nature, with the aim of obtaining a systematic understanding of the thoughts that have been studied using qualitative methods.
PENDAHULUAN
Indonesia pada tahun 2045 berada pada masa emas sebagai momentum berharga dan besejarah karena mencapai 100 tahun masa kemerdekaanya (Hasudungan & Kurniawan, 2018). Berbagai upaya telah digagas dan direncanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan Indonesia emas, salah satunya melalui visi Indonesia tahun 2045. Sebagai upaya merealisasikan visi Indonesia emas 2045, pemerintah membuat program 4 (empat) pilar yang meliputi (1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan. (3) Pemerataan Pembangunan. (4)Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan (Bappenas, 2019). Melalui 4 (empat) pilar tersebut diharapkan Indonesia mampu mengoptimalkan seluruh potensi serta sumber daya dan dapat merealisasikan seluruh program tersebut sebagai modal mewujudkan Indonesia emas 2045. Indonesia merupakan negara dengan peluang ekonomi yang cukup rendah, mengakibatkan usaha dalam mewujudkan kesejahteraan yakni melalui realisasi pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang disasarkan untuk umum sebagai fasilitas umum yang dinikmati oleh masyarakat sebagai perwujudan akan kesejahteraan kehidupan secara merata dan sesuai. Pembangunan ini dapat di realisasikan secara nyata outputnya Ketika pembangunan daerah merupakan tujuan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat melalui rekontruksi daerah, dikarenakan setiap daerah pastinya memiliki peluang sasaran ekonomi yang berbeda, untuk itu dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat disamaratakan (Syapsan, 2019).
Permasalahan dalam pembangunan ekonomi yaitu dikarenakan adanya ketidakseimbangan antar wilayah. Sehingga terjadinya kesenjangan pendapatan daerah provinsi Jawa Timur dalam waktu tujuh taun terakhir dari 2010 hingga 2017 meningkat sehingga menjadi ketimpangan tertinggi pada tahun 2015 berdasarkan IGR sebesar 0,42% (BPJS Jawa Timur). Oleh sebab itu, usaha untuk mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah melalui pengembangan sektor unggulan sebagai wadah memperluas lapangan usaha untuk perwujudan pembangunan ekonomi berkelanjutan dimasa yang akan datang. Tingkatan pertumbuhan ekonomi adalah faktor paling penting yang digunakan sebagai alat ukur pembangunan ekonomi daerah sehingga upaya pengembangan sektor unggulan nantinya akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi. Pembangunan daerah termasuk dalam pembangunan provinsi, sedangkan pembangunan ekonomi provinsi bagian dari pembangunan nasional tentunya kontribusi melalui sumbangan PDRB secara maksimal menambah pertumbuhan ekonomi Provinsi.
Untuk menyusun sebuah perencanaan pembangunan yang bersasarkan konsep pembangunan berkelanjutan, perlu diperlukan unsur apa saja yang diperlukan untuk pembangunan secara berkelanjutan. Seperti halnya yang tercantum dalam UndangUndang Nomor 32 Th 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang telah menunjukan komponen apa saja yang diperlukan guna terlaksananya pembangunan berkelanjutan, pada hal tersebut tingkat pembangunan nasional dan pembangunan pada tingkat daerah. Kota Surabaya melalui sektor unggulan yang nantinya akan mengarah pada pembangunan berkelanjutan dapat menjadi sumber untuk memenuhi kebutuhan pada waktu sekarang tanpa berkorban untuk memenuhi kebutuhan dimasa mendatang. Pembangunan berkelanjutan ini akan bersasar pada suatu lapak ekonomi dan budaya dalam suatu pola interaksi komunikasi. Kota Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur di Indonesia. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang lebih dari empat juta jiwa jika dihitung pada tahun 2007), Surabaya merupakan pusat strategis guna dijadikan sebagai sasaran pembangunan berkelanjutan, Langkah strategis pengimplementasian pembangunan ekonomi daerah mewajibkan adanya pemahaman terhadap keunggulan daerah. Yaitu dengan mengetauhi sektor basis unggulan yang dapat dijadikan acuan dan optimalisasi pembangunan ekonomi Kota Surabaya Melihat nilai pertumbuhan PDRB Selama sepuluh tahun terakhir yang naik secara signifikan.
Dengan latar belakang yang telah dijelaskan diatas perlu adanya analisa terkait bagaimana agar laju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tetap dipertahankan eksistensi serta strategi meningkatkan kontribusi kota Surabaya dalam kancah ekonomi dan budaya dan strategi pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kota Surabaya. Tentunya banyak potensi-potensi yang perlu dianalisa sehingga peneliti menggunakan judul “Kajian Sosiokultural dan Ekonomi dalam menyongsong Pembangunan Berkelanjutan Indonesia Emas 2045 di Wilayah Sentra Wisata Kuliner Ketintang “. untuk melihat sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis, sektor unggulan, dan dapat melakukan pengamatan secara mendalam terkait bagaimana pola komunikasi pada wilayah tersebut jika dikaji berdasarkan aspek budaya, yakni aspek yang bersasarkan pada keberagaman etnis dari berbagai pelanggan dan pedagang, selanjutnya perubahan perspektif gaya makan masyarakat pada wilayah tersebut akan berubah dari yang disebut PKL kini berubah nama menjadi food Court atau Pujasera. Oleh karena itu pada bagian ini akan disusun sebagaimana laju pembangunan serta strategi pengembangan dalam pembangunan berkelanjutan guna mendapat output ekonomi yang akan dihasilkan dalam menyongsong Indonesia emas 2045 yang akan diperoleh dengan adanya pembangunan sentra tersebut . Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan kontribusi ilmu pengetauhan dibidang ekonomi dan budaya khusunya bagi pemerintah kota Surabaya pada bidang ekonomi pembangunan regional dan berkelanjutan. Selain itu, juga dapat menambah wawasan pembaca dan peneliti selanjutnya.
Rumusan Masalah :
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat menciptakan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana peranan Sentra Wisata Kuliner Ketintang Surabaya dalam menyongsong pembangunan keberlanjutan Indonesia Emas 2045 jika dilihat dari aspek sosial, budaya serta ekonomi?
Tujuan Penelitian :
Mengetahui peranan Sentra Wisata Kuliner (SWK) Ketintang dalam upaya menyongsong pembangunan keberlanjutan menuju Indonesia Emas 2045 jika dilihat dari aspek sosial, budaya, dan ekonomi.
Mengetahui dampak yang dirasakan oleh masyarakat mulai dari para Pedagang Kaki Lima (PKL), para pengunjung, masyarakat di sekitar kawasan Ketintang, mahasiswa, dan sebagainya terhadap keberadaan Sentra Wisata Kuliner (SWK) ini.
Manfaat Penelitian :
Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peranan terhadap keberadaan Sentra Wisata Kuliner (SWK) yang ada di kota Surabaya contohnya pada kawasan Ketintang.
Penelitian ini dapat digunakan untuk referensi pada penelitian lain yang masih berkaitan dengan peranan SWK dalam menyongsong pembangunan berkelanjutan Indonesia Emas 2045.
Manfaat praktis
Bagi penulis
Dapat menambah wawasan penulis tentang dampak adanya Sentra Wisata Kuliner Ketintang berdasarkan aspek sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat sekitar ketintang.
Dapat mendeskripsikan apa saja keberagaman etnis para PKL di Sentra Wisata Kuliner Ketintang.
Bagi masyarakat
Dapat mengetahui dampak perubahan perspektif masyarakat terhadap pola makan yang ikut berubah atau berpindah.
Dapat menjadi motivasi bagi masyarakat yang awalnya pengangguran kemudian mulai bekerja dengan menjadi wirausaha atau berdagang.
Bagi pemerintah
Dapat mengetahui dampak keberlanjutan pembangunan eknomi khususnya di wilayah Ketintang.
Dapat memahami apa saja output ekonomi yang akan dihasilkan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini secara khusus membahasa mengenai studi/ penelitian terdahulu mengenai pemberdayaan masyarakat, studi terdahulu ini dijadikan sebagai pijakan atau refernsi terdahulu dalam neyususn dan menjelaskan kajian teori. Pemberdayaan masyarakat berbagai informasi dan pengetahuan mengenai pemberdayaan masyarakat. Berbagai informasi dan pengetahuan mengenai pemberdayaan masyarakat, dapat diperoleh dengan cara belajar dari suatu kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya dengan dikemas sebagai pemberdayaan masyarakat melalaui studi terdahulu.
Yang pertama penelitian yang akan dijadikan kajian Pustaka dengan judul STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI BERKELANJUTAN KABUPATEN LAMONGAN oleh Imroatul Mutmainah yakni di mengatakan bahwa Sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Lamongan sektor pertanian; pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa dan yang masih menjadi non unggulan sektor tambang dan galian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan hotel dan restoran; keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta Strategi ekonomi pembangunan berkelanjutan Kabupaten Lamongan belum sampai pada pembangunan berkelanjutan jika hanya dilihat dari sisi aspek ekonomi saja dan tidak melihat dari seluruh aspek dalam komponen pembangunan berkelanjutan. Diperlukan strategi kebijakan yang berbeda-beda pada masing-masing aspek di wilayah Kabupaten Lamongan dalam upaya percepatan capaian untuk menuju pembangunan berkelanjutan Kabupaten Lamongan. Penelitian ini dapat digunakan referensi pada penelitian selanjutnya dengan saran menambah beberapa alat analisa pada penelitian dan menggunakan literatur yang lebih banyak untuk melihat strategi ekonomi berkelanjutan tidak hanya dari aspek ekonomi saja.
Yang kedua penelitian dengan judul RANDING EVENT BUDAYA PERANG TOMAT DI DESA CIKIDANG MENJADI DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN MELALUI STRATEGI MEDIA KOMUNIKASI yang disusun oleh Acep Rahmat dimana dikatakan bahwa kekayaan kebudayaan dalam suatu wilayah harus tetap dikembangkan agar menjadi daya Tarik wisata yang baru dan memperkaya Janis wisata yang ada, dan akan memperkuat eksistensi budaya tersebut sebagai kekayaan tak benda yang dimiliki suatu daerah, keberadaan budaya tersebut seharunya mendapatkan dampak positif dan harus disokong untuk keberlangsunggan hidup masyarakat saat ini dan masa yang yang akan datang sehingga diperlukan suatu pemanfaatan potensi event budaya yang tetap menggunakan startegi media sosial sebagai keberlanjutan dimasa mendatang.
Yang ketiga seperti acuan kajian Pustaka berdasarkan penelitian dengan judul MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN INDONESIA yang disusun oleh Mahayanti Fitriandari dia juga mengatakan bahwa adanya Konsep Pembangunan Berkelanjutan telah dikenal sejak lebih dari satu dekade yang lalu. Dimana pembanguanan berkelanjutan sangat penting eksistensi nya di era saat ini, Penerapan konsep pembangunan menjadi sebuah hal yang mutlak dan harus dilaksanakan. Kegiatan pembangunan berkelanjutan akan menjamin ummat manusia tetap dapat hidup dengan nyaman di Planet Bumi ini. Teori yang dapat menjadi landasan berpikir dalam mengembangkan konsep Pembangunan Berkelanjutan adalah teori Manajemen Pendidikan, Teori Lingkungan dan Teori Pembangunan Berkelanjutan itu sendiri. Selanjutnya implementasi dari Manajemen Pendidikan dengan konsep 12 pembangunan berkelanjutan telah jamak dilakukan di Indonesia. Konsep dan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan telah dilaksanakan di Indonesia. Bahkan Lembaga Tertinggi Negara (MPR) telah memasukkan hal ini dalam Ketetapan MPR-nya. Ketetapan MPR ini kemudian diterjemahkan oleh Pemerintah dengan memasukkan beberapa pokok kegiatan yag dikaitkan dengan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu Peran Tata Ruang dalam Pembangunan Berkelanjutan dan dalam Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Alam di Indonesia. Konsep lainnya yang akan diterapkan adalah melalui ketahanan Energi dan Ketahanan Pangan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif agar memperoleh pengertian yang sistematis dan koheren dari pemikiran yang sudah ditelaah menggunakan metode kualitatif yang dapat memberikan gambaran secara utuh dan menyeluruh tentang topik penelitian. Metode penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Proses penelitian meliputi membuat pertanyaan seputar penelitian, mengumpulkan data kemudian menganalisa data tersebut.
Penelitian mengenai budaya dalam pembangunan keberlanjutan akan dilaksanakan di Sentra Wisata Kuliner Ketintang . tempat ini dipilih karena budaya dan aspek sosial yang terjadi dalam berkomunikasi setiap harinya berlangsung secara terus menerus. Secara garis besar, pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu yang pertama data primer. Penggalian data primer dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui pengamatan berpartisipasi. Dalam teknik pengamatan berpartipasi peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang akan dilakukan oleh subjek yang diteliti, dengan cara melakukan pengamatan dan berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan rangkaian budaya interaksi komunikasi pada wilayah Sentra Wisata Kuliner Ketintang . Selama proses pengamatan berpartisipasi akan didokumentasikan dalam bentuk video dan foto. Kedua, in-depth interview (wawancara mendalam). Melalui teknik ini, pertama melakukan getting in dengan berinteraksi bersama informan. Jika getting in telah berhasil, selanjutnya melakukan wawancara secara intensif menurut susunan pertanyaan wawancara yang telah dirancang agar mendapatkan data atau informasi tentang kondisi dan pemaknaan nilai sosial dan budaya dalam kancah pembangunan berkelanjutan. Jenis pertanyaan yang terangkum dalam pedoman wawancara adalah pertanyaan terbuka yang dapat memberikan kesempatan kepada informan untuk memberikan jawaban secara bebas selama masih dalam koridor pertanyaan yang diajukan.
Selanjutnya, segala informasi yang diperoleh di lapangan, baik melalui proses pengamatan berpartisipasi maupun in-depth interview (wawacara mendalam) dicatat dalam bentuk transkrip wawancara. Catatan dalam bentuk transkrip wawancara akan diolah dalam bentuk field note (catatan lapangan). Penggalian data sekunder dilakukan dengan penelusuran buku-buku tentang filsafat. Data sekunder biasanya dapat diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian yang sebelumnya. Data sekunder bisa juga dari beberapa sumber seperti buku, dokumen, internet, media cetak, serta jurnal penelitian terdahulu.
PEMBAHASAN
Surabaya termasuk ke dalam kota Metropolitan terbesar di Indonesia dengan urutan kedua setelah Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat dari luar kota Surabaya berbondong-bondong untuk menetap di kota metropolis ini. Mereka khususnya masyarakat dari kota terpencil bahkan desa terpencil banyak yang melakukan Urbanisasi (perpindahan dari desa ke kota) untuk melangsungkan hidupnya (Wispandono, RM. M, 2011). Mereka mencoba untuk mencari rezeki dengan melamar pekerjaan atau dengan membuka sebuah usaha. Namun, terdapat juga yang hidupnya tidak sesuai yang diharapkan, mereka mengalami kegagalan dalam mendapatkan pekerjaan. Akhirnya diantara mereka mengambil keputusan untuk menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL). PKL ini beragam macamnya salah satunya dari sektor kuliner. Wisata kuliner umumnya akan memperkenalkan suatu menu dengan cita rasa yang khas di setiap daerahnya. Seperti kuliner yang dapat dijumpai yaitu Lontong Balap, Semanggi Surabaya, Tahu Campur, Lontong Kupang, dan lain-lain. Makanan lokal ini menjadi daya Tarik para wisatawan yang ingin mencoba makanan khas daerah tersebut (Setiawan, H dkk, 2020). Di Surabaya, keberadaan PKL ini menjamur terutama di pusat kota. Membludaknya jumlah PKL ini disebabkan karena ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak seimbang dengan jumlah pendudukya. (Hendra, 2019).
Sektor kuliner yang ada di Surabaya didukung karena posisinya sebagai kota industri, perdagangan, maritim, dan pendidikan yang menjadi daya tarik bagi perantau untuk berdatangan. Kondisi kota yang juga memadai seperti aman, bersih, dan sejuk didukung dengan banyaknya taman kota yang tersebar di surabaya. Dengan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata, tempat berdagang bagi para PKL, peristirahatan sejenak, dan dapat menjadi tempat untuk memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, sejak tahun 2005 Surabaya dijadikan sebagai destinasi wisata dengan city branding “Sparkling Surabaya” yang berarti (gebyar dan bersinar yang nantinya diharapkan seluruh sudut kota Surabaya menjadi daya tarik para wisatawan yang berkunjung, mulai dari Surabaya pusat, utara, selatan, timur, barat), yang memiliki kepentingan untuk menciptakan ikon-ikon wisata kuliner yang bervariasi dan unik berbasis PKL.
Untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia khususnya yang ada di kota Surabaya, masyarakat berinisiatif untuk membantu usaha PKL dengan adanya Sentra Wisata Kuliner (SWK) yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sentra Wisata Kuliner (SWK) sendiri secara umum memiliki 3 fungsi yaitu sebagai tempat untuk makan dan minum, sebagai area pembelajaran dan workshop untuk start-up kuliner di Jawa Timur, sebagai area pameran interaktif untuk menampilkan produk dari sector kuliner serta sector ekonomi kreatif lainnya (Bilinda J. V, 2020). Terkait hal tersebut, masyarakat memerlukan adanya pembina dan, penataan, dan pemberdayaan yang dapat dilakukan oleh pemerintah atau bahkan mereka sendiri (PKL). Sebagai contoh Sentra Wisata Kuliner terbaru yang berada di Ketintang. Berdasarkan berita di JawaPos.com SWK ini, dibuka secara resmi pada 17 Agustus 2022 yang bertepatan pada hari HUT RI ke 77. Tepatnya terletak di halaman kampus Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) Jalan Ketintang No. 156, Surabaya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjalankan Sentra Wisata Kuliner ini terdapat tiga Langkah, diantaranya manajemen produksi, manajemen pengelolaan, dan manajemen keuangan (Alfiyatna, F, 2019). Dengan keberadaan SWK Ketintang ini, Eri Cahyadi selaku walikota Surabaya berharap dapat mengurangi intensitas banjir di daerah Ketintang menurun. Karena Ketintang dikenal dengan wilayah yang rawan banjir. Cak Eri panggilan akrab untuk Bapak Eri Cahyadi juga berharap dimana yang sebelumnya para Pedagang Kaki Lima (PKL) ini berjualan di pinggir jalan, maka dapat pindah di Sentra Kuliner ini yang tempatnya nyaman dan layak. Di Sentra Kuliner ini juga terdapat berbagai fasilitas yang ada seperti toilet, wifi, tempat parkir, dan lain-lain. Pak Agus Tjahyono selaku camat Gayungan diminta untuk selalu mengawai kawasan di sekitar Ketintang dengan tujuan agar tidak ada lagi PKL berjualan di pinggir jalanan Ketintang yang menyumbat saluran air dan nantinya dapat menyebabkan banjir.
Terdapat dampak dari adanya Sentra Wisata Kuliner berdasarkan aspek sosialculture bagi masyarakat sekitar ketintang. Dengan adanya SWK ini, masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dengan membeli makan dan minum yang ada di SWK. Mereka beranggapan tidak perlu jauh-jauh untuk membeli makan dan minum, apalagi bagi masyarakat yang saat itu tidak sedang memasak. Tidak hanya bagi masyarakat di sekitar kawasan Ketintang saja yang merasakan. Dengan adanya sentra kuliner ketintang ini juga menjadi daya tarik bagi masyarakat kota Surabaya yang mungkin penasaran dengan Sentra Kuliner terbaru ini. Bahkan, banyak dijumpai para mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya dan mahasiswa dari Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) yang berkunjung ke Sentra Wisata Kuliner Ketintang ini. Hal ini menjadi salah satu peluang bagi para pengunjung untuk saling bersosialisasi serta menjadi peluang bagi mahasiswa untuk memperluas pertemanan.
Diketahui umumnya Surabaya memiliki etnis Jawa yang cenderung dalam Jawa Timur-an. Namun, terdapat juga berbagai etnis yang ada di Surabaya seperti Madura, Bali, Bugis, Batak, Ambon dan lain-lain. Seperti dapat dilihat etnis para PKL di Sentra Wisata Kuliner Ketintang ini cukup beragam. Dengan beragamnya etnis yang ada ini menjadi magnet bagi para pengunjung untuk berdatangan ke sentra kuliner ini. Baik pengunjung dengan penjual dan antar penjual dapat menjalin kekerabatan karena keberagaman etnis. Kekerabatan ini menjadikan hubungan antar individu terjalin dengan baik dan harmonis tanpa adanya perbedaan antara etnis mayoritas dan minoritas. Di SWK ini dapat ditemui para PKL yang menjual berbagai macam jenis, rasa, varian, dan cara penyajian makanan dan minuman yang banyak diminati dari berbagai kalangan. Tidak heran jika SWK ini tidak sepi pengunjung. Terlihat banyak mahasiswa setelah kuliah untuk memilih nongkrong terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.
Namun, bagi perspektif masyarakat khususnya para PKL mengalami perubahan. Perubahan ini berupa berubahnya pola makan akibat fenomena perpindahan lokasi PKL yang semula berada di tepi jalan sekitar Ketintang dialihkan pada suatu tempat yaitu Sentra Wisata Kuliner. Dengan tujuan mempermudah masyarakat mencari makanan, hal ini menumbuhkan perubahan perspektif baru. Masyarakat yang semula makan di pinggir jalan merasa kurang nyaman akibat dari tempat yang kurang layak. Tak hanya itu, yang awalnya tanpa adanya tempat parkir sehingga masyarakat memarkir kendaraan sembarangan menyebabkan para pengendara yang merasa terganggu. Dengan SWK ini, masyarakat merasa nyaman karena tempat yang bersih dan karena makanan dan minuman yang lebih higienis serta keamanan kendaraan mereka lebih terjaga.
Pembangunan ekonomi dapat mendukung tercapainya tujuan serta dapat mendorong perubahan dan pembaharuan pada bidang kehidupan, sehingga dalam pembangunan ekonomi harus dilakukan secara seimbang, selaras, terpadu, dan berkelanjutan (Ikmal, N. M. dkk, 2020). Dengan pembangunan keberlanjutan dari sektor ekonomi ini di wilayah Ketintang dari sektor ekonomi telah dicanangkan sebagai visi misi pada 4 pilar dalam menyongsong Indonesia emas 2045. Dalam bentuk upaya pengoptimalan sumber daya manusia, seperti salah satunya dengan pembangunan Sentra Wisata Kuliner Ketintang yang melibatkan sumber daya manusia mulai dari pedagang, konsumen dan beberapa petugas penjagaan. Hal tersebut dapat meningkatkan perekonomian bagi Indonesia khususnya kota Surabaya yang mana rotasi ekonomi akan berjalan. Dengan demikiran, sedikit demi sedikit akan mengurangi angka pengganguran dan keberlanjutan ini bertujuan untuk pembenahan tata kelola ekonomi pada masa mendatang.
Dalam menyongsong Indonesia emas 2045 harus menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Karena dengan ini manusia mampu berinovasi serta memiliki jiwa yang kompetitif. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas, hal yang perlu dilakukan yakni persiapan berupa keahlian, ketrampilan, dan tenaga. Tidak hanya itu, manusia juga memerlukan pendidikan. Pendidikan ini bukan hanya dalam artian pendidikan formal saja. Tetapi pendidikan nonformal, yang bertujuan untuk mengasah ketrampilan manusia pada bidang tertentu. Dengan ini, perkonomian akan meningkat maka output ekonomi yang akan dihasilkan dalam Menyongsong Indonesia emas 2045 dapat tercapai. Nantinya hasil yang akan diperoleh dengan adanya pembangunan seperti sentra kuliner tersebut akan menjadikan sebagai modal generasi Z untuk mempersiapkan dan mengoptimalkan sumber daya di masa mendatang.
KESIMPULAN
Dari penelitian tersebut, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa keberadaan Sentra Wisata Kuliner yang ada di Ketintang memiliki pengaruh kepada masyarakat dari aspek sosial, budaya, dan ekonomi. Dari aspek sosial, masyarakat yang ada di Kawasan ketintang dapat menjalin kekerabatan baik antar penjual dengan sesame penjual, penjual dengan pengunjung, dan lain-lain. Hal ini juga dapat terjadi tanpa adanya pandang etnis yang ada. Dari aspek budaya, masyarakat yang awalnya membeli makanan yang dapat dijumpai di sepanjang tepi jalan, namun kini karena adanya SWK dapat membeli makanan dan minuman tidak hanya 1 macam, ditambah kondisi tempat yang jauh lebih nyaman. Dari aspek ekonomi, secara tidak langsung dapat mengurangi angka pengangguran. Masyarakat yang kehilangan pekerjaanya dapat memulai usaha kecil-kecilan seperti menjadi seorang pedagang, dengan tersedianya tempat seperti Sentra Wisata Kuliner ini. Maka, dengan ini pembangunan berkelanjutan tekait menyongsong Inonesia Emas 2045 dapat tercapai di masa depan serta sebagai modal bagi para generasi Z dalam mengelola sumber daya yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah, O. S. Pembangunan berkelanjutan di Indonesia: Di persimpangan jalan. Gramedia Pustaka Utama, 2016
ABDULLAH, Oekan S. Ekologi manusia dan pembangunan berkelanjutan. Gramedia Pustaka Utama, 2017.
Alfiyana, F. (2019). Revitalisasi Sentra Wisata Kuliner (SWK) Surabaya.
AZIS, Iwan Jaya. Pembangunan Berkelanjutan-Peran dan Kontribusi Emil Salim. Kepustakaan Populer Gramedia, 2010.
Bilinda, J. V dan Danny Santoso Mintorogo. (2020). SENTRA KULINER JAWA TIMUR DI JOYOBOYO. JURNAL eDIMENSI ARSITEKTUR, 8(1), 393-400.
DAHURI, Rokhmin. Keanekaragaman hayati laut: aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Fitriandari, M., & Winata, H. (2021). Manajemen Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan Di Indonesia. Competence: Journal of Management Studies, 15(1), 1-13.
Habib, M. A. F. (2021). Kajian teoritis pemberdayaan masyarakat dan ekonomi kreatif. Journal of Islamic Tourism, Halal Food, Islamic Traveling, and Creative Economy, 1(2), 106-134.
Ikmal, N. M. dkk (2020). Strategi Perencanaan Pembangunan di Surabaya Dalam Pertumbuhan Ekonomi Melalui Sektor-Sektor Unggulan. GOVERNANCE: Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 10(1), 115-130.
Mutmainah, I., & Cahyono, H. (2021). Strategi Pengembangan Sektor Unggulan Dalam Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Kabupaten Lamongan. INDEPENDENT: Journal of Economics, 1(1), 186-204.
Purba, H. P. (2019). Wisata Kuliner dan Gaya Hidup Masyarakat Konsumsi pada Era Digital: Analisa Teologis dengan Perspketif Budaya Populer.
Rachmat, A. (2021). Branding Event Budaya Perang Tomat Di Desa Cikidang Menjadi Destinasi Wisata Berkelanjutan Melalui Strategi Media Komunikasi. Jurnal Heritage, 9(1), 149-161.
Setiawan, H dkk. (2020). Modal Daya Tarik Kuliner Lokal sebagai Pendorong Daya Tarik Wisata Kuliner. INOVASI: Jurnal Ekonomi Keuangan dan Manajemen, 16(1), 120-126.
Syahza, Almasdi. Ekonomi Pembangunan Teori dan Kajian Empirik Pembangunan Pedesaan. UR PRESS Pekanbaru, 2017.
Wispandono, R.M. M. (2011). Upaya Mengurangi Pengangguran Melalui Peningkatan Wisata Kuliner (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Surabaya. Jil. 1 no. 1, 1-7.
0 Komentar