PROSES PENDIDIKAN
Oleh: Gempur Santoso
Dua minggu ini memang musim ujian tengah semester di tempat kampus saya ngajar. Ada jadwal ujian pagi, ada pula jadwal ujian sore.
Pendidikan formal sangat perlu ujian. Untuk merekam apakah selama dilakukan pendidikan, sejauhmana materi sudah dimengerti oleh para mahasiswa. Sebetulnya juga tak cukup sampai mengerti tetapi sampai bisa.
Untuk sampai bisa memang perlu mempraktekkan. Berulang memprakktekan, menjadi adapted.
Dalam teori pendidikan. Belajar sekaligus melakukan akan mudah dimengeri dan cepat bisa. Bila belajar sekadar mendengar ceramah menjadi kurang optimal mencernanya, malah cepat lupa.
Mengajar dengan mendidik memang ada beda. Dosen atau guru adalah pendidik. Mendidik kepada anak didik dengan cara mengajarkan.
Mendidik itu mengajarkan apa? Yakni mengajarkan kebenaran ilmu, melatihkan/praktekkan kebenaran ilmu, menjajarkan prilaku kebenaran ilmu, juga sang guru harus bisa menjadi suri tauladan.
Di dalam dunia pendidikan kita. Setidaknya ada tiga ketrampilan taksonomi bloom yang harus peserta didik menjadi mampu terbiasa. Yakni: afektif (prilaku), kognetif (ilmu pengetahuan) , dan psikomotorik (trampil/mempraktekkan).
Taksonomi bloom di atas dipakai pedoman di dunia pendidikan kita. Itu hampir sama dengan konsep dari Ronggo Warsito copto, roso, karso (cipta, rasa, perbuatan).
Hal di atas, hampir mirip sama dengan konsep yg diberikan UNESCO. Apabila menggunakan konsep dari Unesco (the united education scientific and cultural education) semacam bagian pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Konsep dari Unesco itu terkenal dengan 4 pilar, yakni:
learning to know: belajar untuk tahu ilmu pengetahuan;
learning to do: belajar untuk berbuat/beraktivitas;
learning to be: belajar menjadi dirii sendir atau jatidiri; dan
dan learning to live together: belajar untuk bisa hidup bersama atau bersosial.
Semoga semua menjadi guru yg baik, salam sehat lahir batin...aamiin YRA.
(GeSa)
0 Komentar